Pada dasarnya, menyusun program kerja HRD merupakan langkah strategis yang wajib dilakukan oleh setiap perusahaan.
Hal tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan SDM perusahaan berjalan selaras dengan visi dan tujuan bisnis.
Di sini HRD tidak hanya bertugas untuk sekadar mengelola administrasi karyawan, tetapi juga berperan pdalam membangun budaya kerja yang sehat, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan kesejahteraan di lingkungan kerja.
Akan tetapi, dalam praktiknya menyusun program kerja HRD yang efektif memerlukan pemahaman mendalam mengenai kebutuhan organisasi dan kondisi karyawan.
Program yang dirancang dengan baik akan membantu perusahaan mengoptimalkan potensi SDM sekaligus menjaga tingkat retensi karyawan agar tetap tinggi.
6 Tips Menyusun Program Kerja HRD
1. Memahami tujuan dan visi perusahaan
Langkah awal dalam menyusun program kerja HRD adalah memahami arah strategis dan visi jangka panjang perusahaan.
HRD perlu mengetahui apa yang ingin dicapai perusahaan dalam 1–3 tahun ke depan.
Apakah fokus pada ekspansi bisnis, peningkatan efisiensi operasional, atau pengembangan kualitas SDM.
Dengan memahami arah tersebut, HRD dapat menyesuaikan programnya agar memberikan dampak nyata. Misalnya:
- Jika perusahaan ingin meningkatkan inovasi, HRD dapat merancang program pelatihan kreativitas dan kepemimpinan.
- Jika fokus pada efisiensi, HRD bisa mengembangkan sistem penilaian kinerja berbasis data.
Menyusun program kerja HRD yang sejalan dengan visi perusahaan memastikan setiap inisiatif memiliki nilai strategis yang terukur.
2. Melakukan analisis kebutuhan SDM secara mendalam
Sebelum menetapkan program, HRD perlu memahami kebutuhan nyata karyawan dan organisasi.
Analisis kebutuhan SDM dilakukan untuk mengetahui:
- Kompetensi apa yang masih kurang dalam tim.
- Posisi mana yang berpotensi mengalami kekurangan tenaga kerja.
- Masalah apa yang sering dihadapi karyawan, seperti stres kerja, ketidakseimbangan work-life balance, atau kesulitan finansial.
Dari hasil analisis ini, HRD dapat menyusun program kerja yang lebih relevan dan tepat sasaran, seperti pelatihan soft skill, program kesejahteraan mental, hingga edukasi finansial bagi karyawan.
3. Menentukan prioritas program HRD
Setelah hasil analisis didapat, langkah berikutnya adalah menentukan program HRD yang harus menjadi prioritas utama.
Nah, menurut laman Hadirr, beberapa contoh program penting yang biasanya masuk dalam agenda HRD termasuk:
- Program pengembangan kompetensi (upskilling & reskilling): Membantu karyawan beradaptasi dengan perubahan industri dan teknologi terbaru.
- Program kesejahteraan dan keterlibatan karyawan (employee engagement): Membentuk lingkungan kerja yang positif dan meningkatkan loyalitas karyawan.
- Digitalisasi sistem HR: Mengintegrasikan sistem payroll, absensi, dan evaluasi kinerja agar lebih efisien.
- Program kesejahteraan finansial karyawan: Misalnya dengan memberikan akses terhadap Earned Wage Access (EWA) agar karyawan dapat mengelola keuangannya dengan lebih baik dan terhindar dari pinjaman online ilegal.
Penentuan prioritas ini penting agar sumber daya HRD, baik waktu, tenaga, maupun anggaran dapat digunakan secara maksimal.
4. Menyusun timeline dan anggaran program
Program HRD yang baik membutuhkan perencanaan waktu dan alokasi dana yang jelas.
HRD harus menyusun jadwal pelaksanaan setiap program sesuai dengan siklus bisnis perusahaan, misalnya:
- Pelatihan dilakukan pada awal kuartal agar hasilnya bisa diukur hingga akhir tahun.
- Evaluasi dan perbaikan program dilakukan menjelang akhir tahun untuk menyusun strategi baru di periode berikutnya.
Selain itu, HRD juga harus menetapkan anggaran yang realistis, mencakup biaya pelatihan, kompensasi, benefit, hingga teknologi pendukung seperti sistem HRIS atau platform kesejahteraan finansial.
5. Memanfaatkan teknologi untuk efisiensi HRD
Di era digital, menyusun program kerja HRD tanpa melibatkan teknologi sudah tidak relevan lagi.
Pemanfaatan teknologi tidak hanya membantu HR dalam mengotomasi proses administratif seperti payroll atau absensi, tetapi juga dalam pengambilan keputusan berbasis data.
Beberapa contoh penerapan teknologi dalam HRD, yaitu:
- HR Analytics untuk menilai performa karyawan secara objektif.
- Learning Management System (LMS) untuk memantau efektivitas pelatihan.
- Earned Wage Access (EWA) untuk memberikan fleksibilitas finansial kepada karyawan.
Dengan sistem seperti EWA dari GajiGesa, karyawan dapat mengakses gaji yang sudah mereka hasilkan kapan saja sebelum tanggal gajian.
Hal ini terbukti meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karena karyawan tidak lagi stres menghadapi kebutuhan mendesak.
Bagi perusahaan, program ini menjadi bentuk nyata kepedulian terhadap kesejahteraan finansial karyawan dan dapat meningkatkan retensi secara signifikan.
EWA GajiGesa: Trik ampuh tingkatkan produktivitas dan kesejahteraan finansial karyawan!
Gunakan Earned Wage Access (EWA) dari GajiGesa, solusi Akses Gaji Fleksibel yang membantu karyawan mengatur keuangan dengan lebih baik dan menjaga stabilitas finansial tanpa harus menunggu tanggal gajian
6. Melakukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan
Evaluasi menjadi kunci untuk memastikan program HRD benar-benar efektif.
HRD perlu mengukur dampak setiap program terhadap performa, produktivitas, dan kepuasan karyawan.
Gunakan data kuantitatif seperti tingkat retensi, absensi, dan hasil survei engagement untuk melihat apakah program berjalan sesuai target.
Jika hasilnya belum optimal, lakukan perbaikan di periode berikutnya.
Pendekatan berkelanjutan ini memastikan HRD selalu responsif terhadap kebutuhan organisasi yang terus berkembang.


