
Inflasi bukan lagi sekadar topik di kolom berita ekonomi. Kini, kenaikan harga barang dan jasa sudah dirasakan secara langsung oleh banyak orang.
Nah, ketika biaya hidup meningkat drastis seperti ini, karyawan harus menyesuaikan kembali pola belanja mereka. Bahkan, tak sedikit yang rela mengorbankan kebutuhan pentingnya.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut, kesejahteraan karyawan sudah pasti akan menurun dan pada akhirnya progres bisnis pun bisa ikut terhenti.
Ya, jangan salah, kesejahteraan karyawan bersangkutan langsung lho dengan kesejahteraan bisnis.
Contohnya, motivasi kerja mereka yang drop bisa membuat angka produktivitas menurun. Alhasil, profit pun berhenti mengalir dan bisnis perusahaan terancam merugi.
Lalu, apa yang harus perusahaan lakukan? Apa saja dampak inflasi yang patut diantisipasi oleh setiap pemilik bisnis?
Berikut adalah contohnya yang paling nyata terhadap kesejahteraan karyawan. Yuk, disimak!
1. Daya beli menurun
Melansir laman McKinsey, salah satu dampak paling negatif dari inflasi adalah menurunnya daya beli masyarakat.
Kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras, transportasi, dan listrik membuat gaji bulanan banyak karyawan terasa tidak cukup.
Pekerja dengan pendapatan tetap harus mulai menekan pengeluaran agar bisa memenuhi kebutuhan mendasarnya. Misalnya, banyak yang mengurangi tabungan, menunda perawatan kesehatan, hingga menahan konsumsi keluarga.
Bahaya etika daya beli menurun, keseimbangan hidup karyawan terganggu. Mereka menjadi rentan terhadap masalah darurat keuangan, dan pada akhirnya tidak lagi bisa menikmati hasil kerja keras mereka.
Kondisi ini bukan hanya berdampak pada individu, tapi juga bisa mengurangi motivasi kerja secara keseluruhan.
2. Stres finansial bertambah
Dampak inflasi tak hanya dirasakan oleh kantor pekerja, tetapi juga kondisi psikis mereka.
Ya, inflasi ternyata bisa menimbulkan tekanan besar pada kondisi psikologis karyawan.
Hal ini sangatlah wajar. Bayangkan saja tagihan rumah tangga membengkak, cicilan terasa makin berat, harga-harga kebutuhan melonjak, sementara pemasukan tak berubah.
Situasi ini jelas memicu stres finansial yang berujung pada kecemasan, rasa sulit tidur, hingga menurunnya kesehatan fisik.
Lalu, kebanyakan perusahaan mungkin tidak menyadari hal ini, tetapi stres finansial bisa menurunkan produktivitas dan meningkatkan absensi.
Karyawan yang tidak merasa puas dengan kondisi keuangannya cenderung kurang fokus bekerja, sehingga menimbulkan kerugian jangka panjang bagi bisnis.
3. Produktivitas turun
Masalah keuangan pribadi umumnya sering dibawa karyawan ke tempat kerja.
Nah, saat karyawan lebih sibuk memikirkan hal tersebut dibanding menyelesaikan pekerjaan, fokus mereka akan menurun drastis, atau bahkan hilang sepenuhnya.
Hasilnya, kualitas kerja tidak maksimal dan target perusahaan sulit untuk tercapai.
Menurut Investopedia, produktivitas yang menurun di banyak lini dan departemen akan berdampak langsung pada progres bisnis. Dalam situasi ekonomi sulit inilah justru produktivitas seharusnya ditingkatkan.
Jika inflasi dibiarkan memengaruhi performa karyawan, perusahaan bisa kehilangan daya saing di pasar.
4. Turnover meningkat
Dampak lainnya dari inflasi yang patut diperhatikan perusahaan adalah angka turnover yang meningkat.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup membuat banyak karyawan merasa terdorong untuk mencari peluang baru.
Perusahaan lain yang mampu menawarkan gaji lebih tinggi atau fasilitas finansial lebih baik akan menjadi tujuan utama mereka. Akibatnya, turnover pun meningkat drastis.
Tingginya tingkat keluar-masuk karyawan merugikan perusahaan. Biaya rekrutmen dan pelatihan membengkak, sementara tim harus beradaptasi dengan ritme kerja yang terganggu.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa menghambat inovasi dan memperlambat pertumbuhan bisnis.
5. Loyalitas melemah
Sejatinya, di momen inflasi ini, karyawan ingin merasa bahwa perusahaan peduli pada kesejahteraan mereka.
Saat inflasi menghantam dan perusahaan tak menunjukkan dukungan apa pun, rasa memiliki akan menurun.
Loyalitas pun melemah, engagement berkurang, dan kultur kerja positif perusahaan bakal ikut tergerus.
Perusahaan yang gagal mempertahankan loyalitas karyawan akan menghadapi risiko jangka panjang, seperti kesulitan membangun tim yang solid, menurunnya moral kerja, dan meningkatnya potensi konflik internal.
Solusi untuk Mengurangi Dampak Inflasi: Earned Wage Access (EWA)

Meskipun dampak-dampak inflasi di atas terlihat mengertikan, memberikan kenaikan gaji bukanlah solusi instan untuk semua perusahaan.
Untuk memulai upaya positif ini, pemilik bisnis bisa mulai dengan mengambil langkah praktis, yakni menyediakan Earned Wage Access (EWA) GajiGesa sebagai benefit tambahan.
Dengan layanan ini, karyawan bisa mengakses sebagian gaji yang sudah mereka hasilkan sebelum tanggal gajian. Misalnya, ketika ada kebutuhan mendesak di tengah bulan, mereka tidak perlu terjebak utang berbunga tinggi dari pinjaman online atau kartu kredit.
Dengan menghadirkan EWA dari GajiGesa, perusahaan bisa membantu karyawan mengurangi rasa akibat dampak inflasi, sambil menjaga level produktivitas, dan memperkuat loyalitas mereka.
Bagi sebuah badan usaha yang berfokus pada bisnis, hal ini mengartikan progres tetap yang bakal terus berjalan di tengah inflasi.
Inflasi memang hadir dengan sejuta konsekuensi bagi karyawan. Seperti daya beli menurun, stres finansial meningkat, produktivitas turun, turnover lebih tinggi, hingga loyalitas yang melemah. Namun, semua itu dapat menghentikan laju bisnis jika tidak ditangani sejak dini.
Perusahaan yang proaktif mencari solusi akan lebih siap menghadapi krisis ekonomi.
Dengan EWA, dampak inflasi pun takkan dirasakan sepenuhnya oleh karyawan. Mereka akan memiliki fleksibilitas finansial yang lebih baik, dan perusahaan bisa mempertahankan performa dan stabilitas jangka panjang.
Bagaimana? Menarik, bukan? Yuk, cari tahu selengkapnya tentang layanan EWA GajiGesa di bawah ini. Jangan lupa isi form di bawah artikel untuk hubungi tim GajiGesa ya!