Di era modern ini, absenteeism adalah salah satu dari sekian banyak isu karyawan yang bisa merugikan bisnis secara signifikan.
Dikenal juga dengan istilah ketidakhadiran, hal ini pada dasarnya biasa terjadi, sehingga kerap dipandang sebelah mata oleh pegiat HRD.
Padahal, jika terjadi secara menerus, isu ini dapat membawa berbagai dampak negatif pada perusahaan.
Mulai dari angka produktivitas yang menurun, hingga tercorengnya nama baik bisnis di mata investor, pelanggan, dan para STAR talent. Bahkan, menurut laman AIHR, kasus absenteeism telah merugikan ekonomi AS sekitar $84 miliar setiap tahunnya.
Melihat hal tersebut, kamu sebagai pebisnis harus segera mengambil tindakan jika terdapat banyak karyawan yang sering tidak hadir.
Lalu, bagaimana caranya? Yuk, temukan jawaban lengkapnya dalam artikel singkat GajiGesa berikut ini!
Apa Itu Absenteeism?
Sebelumnya, apa sih yang dimaksud dengan istilah absenteeism itu?
Melansir laman Investopedia, absenteeism adalah sebuah situasi di mana karyawan secara rutin tidak hadir atau terlambat datang ke tempat kerja.
Ketidakhadiran ini sifatnya sudah melampaui rentang hari lumrah karyawan tidak masuk kantor untuk alasan yang sah, seperti cuti terjadwal, sakit sementara, atau keadaan darurat keluarga.
Nah, meskipun terlihat sepele, memiliki sejumlah karyawan yang sering “bolos” seperti ini bisa menjadi isu serius ketika terjadi secara berulang.
Mengapa demikian? Sebab, dampaknya tidak hanya mempengaruhi karyawan yang bersangkutan, tetapi juga pada perusahaan secara keseluruhan.
Mengapa Absenteeism Bisa Terjadi?
Pada dasarnya, beberapa alasan ketidakhadiran dilindungi secara hukum dan tidak dapat mengakibatkan proses PHK. Namun, indikasi absenteeism adalah sebuah isu yang amat berbeda.
Isu ini pada dasarnya bisa disebabkan oleh banyak hal yang tentunya berada di luar hak karyawan serta kewajiban perusahaan, termasuk:
1. Penyakit ringan
Meskipun tidak diinginkan, penyakit bisa terjadi pada siapa saja.
Ketika seorang karyawan jatuh sakit, penting bagi mereka untuk segera memberitahu perusahaan.
Hal ini memudahkan manajemen dalam menangani ketidakhadiran dan atasan dapat merencanakan langkah-langkah yang diperlukan selama karyawan tersebut tidak hadir.
Sayangnya, banyak karyawan yang terus meliburkan diri dan tidak hadir di tempat kerja karena alasan sakit yang berkepanjangan. Indikasi absenteeism seperti ini dapat merusak moral tim dan produktivitas perusahaan.
2. Lingkungan kerja yang toxic
Ya, absenteeism adalah salah satu isu kompleks yang tak bisa selamanya dianggap sebagai kesalahan karyawan.
Pasalnya, lingkungan kerja yang toxic atau tidak mendukung bisa menjadi alasan utama di balik banyaknya karyawan yang mangkir dari kantor.
Faktor-faktor seperti intimidasi, pelecehan, perlakuan tidak adil, meremehkan, atau menyebarkan gosip dapat memicu karyawan untuk sering tidak hadir di tempat kerja.
3. Masalah kesehatan mental
Kesehatan mental karyawan juga sangat penting untuk diperhatikan. Bila tidak, banyak masalah bisa muncul menghantui perusahaan, termasuk absenteeism.
Karyawan yang mengalami depresi atau stres akibat beban kerja yang berlebihan lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental yang dapat menyebabkan mereka sering bolos kerja.
4. Masalah keluarga
Masalah keluarga juga sering menjadi penyebab absenteeism.
Dikarenakan sulit mengatasi masalah keluarga sambil terus menghadapi tekanan pekerjaan, karyawan mungkin memilih tidak hadir selama beberapa waktu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Alhasil, beberapa pekerjaan di kantor tak tersentuh dan perlu dioper kepada rekan kerja si karyawan. Secara tak langsung, progres tim pun mendadak stagnan dan tak berkembang untuk waktu yang lama.
Cara Mengurangi Absenteeism
Setelah melihat ragam penjelasan di atas, kini jelas rasanya bahwa absenteeism karyawan adalah sebuah masalah yang sangat berisiko dan dapat membawa banyak dampak negatif pada profitabilitas bisnis.
Bahkan, biaya yang dikeluarkan bisnis karena ketidakhadiran karyawan sering kali signifikan. Perusahaan kemudian harus mencari cara untuk mengurangi tingkat ketidakhadiran guna mengoptimalkan produktivitas stafnya.
Tentu kamu tak mau, kan hal-hal negatif tersebut menghantui bisnis perusahaanmu? Tenang saja, berikut adalah beberapa cara kurangi angka absenteeism yang bisa kamu ikuti.
1. Meningkatkan jadwal kerja yang lebih fleksibel
Beberapa karyawan mungkin harus mengurus anak atau keluarga di rumah yang tengah sakit. Alhasil, mereka pun jadi sering absen tanpa alasan yang jelas.
Melihat hal tersebut, kamu bisa memberikan jadwal kerja yang lebih fleksibel, seperti opsi bekerja dari rumah atau sistem hybrid yang dapat membantu menurunkan angka ketidakhadiran karyawan.
2. Mengadakan sesi pemeriksaan kebugaran fisik karyawan
Mengadakan program pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau kanker.
Langkah ini dapat memastikan karyawan tetap bugar dan menurunkan angka ketidakhadiran yang disebabkan oleh isu kesehatan.
3. Menyediakan media pendukung kesehatan mental karyawan
Menyediakan pengobatan atau dukungan untuk karyawan yang mengalami isu kesehatan mental adalah cara lain untuk mencegah absenteeism.
Karyawan yang menghadapi masalah mental sering kali memerlukan waktu untuk memulihkan diri dan menyediakan dukungan ini dapat membantu mereka untuk kembali produktif.
4. Membangun komitmen bersama seluruh anggota tim
Membentuk komitmen bersama di antara seluruh karyawan untuk mengurangi ketidakhadiran adalah langkah yang penting.
Hal ini dapat membantu menciptakan rasa tanggung jawab bersama dalam menjaga kehadiran yang konsisten.
5. Memantau kinerja karyawan secara rutin
Memantau kehadiran dan kinerja karyawan secara rutin adalah hal penting bagi tim HR.
Penggunaan software HR yang terpadu dapat mempermudah pemantauan ini, sehingga kamu bisa segera menangani masalah sebelum mereka berkembang lebih lanjut.
6. Memberikan benefit finansial tambahan
Cara terakhir yang tak kalah penting untuk kamu ikuti guna mengatasi absenteeism adalah dengan memberikan tambahan benefit karyawan.
Tanpa disadari, angka ketidakhadiran tinggi yang tak juga menurun dapat disebabkan oleh isu stres finansial dan anjloknya motivasi kerja karyawan.
Ya, terlebih lagi dengan ragam tuntutan finansial yang dihadapi oleh pekerja modern.
Menurut hasil riset yang diadakan oleh Populix per Oktober 2022 silam, tercatat sebanyak 52% orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental.
Menariknya, 59% dari kasus tersebut ternyata dipicu oleh isu keuangan dan kebutuhan pokok yang kian meningkat.
Fakta di atas sifatnya penting untuk kamu ingat. Terutama untuk masyarakat kita yang hingga kini masih sering menyepelekan kesehatan mental dan kondisi keuangan.
Nah, salah satu solusi paling tepat untuk isu ini merupakan penyediaan benefit finansial terbaik seperti Earned Wage Access (EWA) GajiGesa atau Akses Gaji Fleksibel.
GajiGesa merupakan platform kesehatan finansial karyawan, yang memiliki misi untuk mengurangi stres karyawan akibat dari finansial yang buruk.
Fitur EWA kita memungkinkan karyawan untuk mengakses gaji mereka secara lebih fleksibel sebelum tanggal gajian tiba.
Sehingga, saat kebutuhan mendesak tiba, mereka bisa langsung menarik gaji lebih awal tanpa harus menambah beban pikiran dengan berutang pada layanan seperti pinjol.
Hal tersebut sudah pasti dapat membantu mengurangi stres karyawan. Tapi, tanpa diketahui banyak pegiat HR, EWA juga bisa mendorong produktivitas kerja karyawan. Alhasil, progres bisnis takkan lagi terhambat karena adanya angka ketidakhadiran yang tinggi.
Menari, kan? Nah, ingin kenal lebih lanjut dengan layanan EWA GajiGesa? Yuk, langsung isi formulir di bawah artikel ini. Prioritaskan kesejahteraan karyawan dan bisnismu sekarang juga!