logo GajiGesa

Blog

Menavigasi Lanskap Utang Digital: Pinjaman Online dan Dampaknya pada Masa Depan Keuangan Kalangan Dewasa Muda Indonesia

  • Ada 10,91 juta akun penerima pinjaman aktif di antara mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun
  • GajiGesa: Lebih dari 1.027 transaksi EWA dilakukan untuk membayar cicilan pinjaman dalam satu tahun terakhir
  • Pekerja yang tidak punya akses ke EWA memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar untuk tidak dapat membayar kebutuhan mendesak, kata Country Head of GajiGesa

Jakarta, 11 September 2023 – Saat revolusi digital terus mengubah berbagai aspek kehidupan modern, sektor keuangan di Indonesia bukanlah pengecualian. Proliferasi pinjaman online di Indonesia telah membuat negara ini mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam industri pinjaman online.

Meskipun pinjaman online telah mengubah akses masyarakat Indonesia terhadap kredit, tren ini tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan literasi keuangan di kalangan penduduknya, terutama di kalangan dewasa muda. Akibatnya, populasi dewasa muda Indonesia sering kali terjebak oleh kecenderungan impulsif atau keinginan akan kepuasan instan, mendorong mereka untuk mengejar pinjaman yang cepat dan mudah tanpa mempertimbangkan risiko yang terkait.

Ada banyak faktor yang menyebabkan muda-mudi Indonesia terjebak dalam utang, termasuk namun tidak terbatas pada kebutuhan mendesak, kebiasaan pengeluaran yang berlebihan, tekanan ekonomi, pembiayaan pendidikan, dan tingkat literasi pinjaman yang rendah. Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor penting yang menyebabkan masalah utang, yang tidak hanya berdampak pada kalangan dewasa muda, tetapi juga masyarakat pada umumnya.

“Pinjaman online tumbuh pesat di Indonesia, meningkat 71% pada Desember 2022, akibat dari lonjakan belanja online pasca pandemi, terutama di kalangan pemuda yang cenderung konsumtif. Pada Juni 2023, pinjaman rata-rata untuk pemuda di bawah 19 tahun mencapai Rp2,3 juta, sementara untuk usia 20-34 tahun adalah Rp2,5 juta, padahal pendapatan rata-rata pemuda hanya Rp2 juta per bulan. Masalah ini semakin memprihatinkan karena pendapatan pemuda lebih rendah daripada utang mereka dari pinjaman online. Oleh karena itu, diperlukan tindakan konkret untuk mengatasi maraknya pinjaman online ilegal.” kata Nailul Huda, M.E, Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF

Faktor lain yang memicu peningkatan prevalensi pinjaman online di kalangan dewasa muda Indonesia adalah perubahan perilaku dari generasi sebelumnya ke generasi muda saat ini. Kemajuan teknologi yang terus berlanjut selama bertahun-tahun telah memainkan peranan penting dalam membentuk praktik keuangan dari berbagai generasi. Secara historis, generasi yang lebih tua cenderung menghindari utang, bahkan untuk pembelian besar seperti mobil. Sebaliknya, generasi yang lebih muda seperti Generasi X dan Z lebih terbuka untuk berutang demi memenuhi hasrat gaya hidup, seperti menghadiri konser dan pergi berlibur.

Untuk mengatasi masalah yang semakin besar terkait kalangan dewasa muda Indonesia yang terjebak dalam perangkap pinjaman online ilegal dan untuk menjaga kesejahteraan keuangan mereka di masa depan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengembangkan serangkaian inisiatif dan taktik. Ini termasuk program pendidikan online dan offline, kampanye kesadaran finansial nasional, serta memperkuat kerja sama dan kemitraan strategis dengan kementerian dan lembaga pemerintah, melibatkan universitas, dan memperkuat sektor jasa keuangan. Inovasi fintech, seperti Earned Wage Access (EWA), dapat menjadi peluang untuk mengurangi dampak negatif dari pinjaman online.

“Menurut APJII (2023), sebanyak 97,1 persen penduduk usia 19-34 tahun sudah terhubung dengan internet. Ketersediaan pinjaman online ilegal yang terintegrasi dengan internet membuat aksesnya semakin mudah bagi pemuda. Pemerintah telah bertindak untuk mengatasi pinjaman online ilegal melalui Satgas Waspada Investasi (SWI). Sejak 2018, hampir 7.000 pinjol ilegal telah dihentikan oleh SWI, namun sayangnya, langkah ini belum berahasil sepenuhnya menghilangkan kasus pinjaman online ilegal tahun ini. Kita harus bekerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta. Hal ini dapat menjadi solusi bagi banyak kalangan dewasa muda di Indonesia,” kata Izzudin Al Farras Adha, M.Sc – Peneliti Center of Digital Economy and SME INDEF menambahkan.

Namun, melihat peranan penting yang dimainkan oleh pemuda saat ini, solusi untuk masalah tersebut seharusnya tidak hanya berfokus pada dampak jangka pendek, tetapi juga pada kemakmuran jangka panjang mereka – untuk memastikan bahwa kalangan dewasa muda Indonesia memiliki dasar keuangan yang berkelanjutan yang akan menjadi pijakan bagi kesejahteraan keuangan dan kesuksesan mereka di masa depan. 

“GajiGesa berkomitmen untuk membebaskan individu dari pinjaman berbunga tinggi. Sejak kami pertama kali didirikan pada tahun 2020, dalam waktu 3 tahun, kami telah membantu 27.863 karyawan untuk keluar dari pinjaman online. Selain itu, penelitian yang kami lakukan bersama INDEF pada akhir 2022 mengungkapkan bahwa 42% karyawan Indonesia yang menghasilkan kurang dari 5 juta Rupiah per bulan tidak mampu menabung atau berinvestasi, namun data internal kami menunjukkan bahwa sebanyak 25.928 pengguna kami telah berhasil meningkatkan jumlah tabungan mereka sejak mereka mulai menggunakan GajiGesa. Temuan ini membuktikan bahwa EWA GajiGesa menyediakan solusi yang layak untuk membantu karyawan mencapai stabilitas keuangan mereka,” jelas Ade Saragih, Country Head of GajiGesa Indonesia.

Selain itu, penelitian GajiGesa dan INDEF juga menemukan bahwa di antara karyawan yang mampu mengalokasikan gajinya untuk investasi, sebanyak 35% dari mereka berinvestasi dalam emas. Sejalan dengan data ini dan misi GajiGesa untuk memberdayakan karyawan agar mencapai kesejahteraan keuangan, GajiGesa juga baru-baru ini memperkenalkan fitur Investasi Emas. Melalui fitur ini, karyawan dari perusahaan-perusahaan yang menjadi klien GajiGesa dapat memanfaatkan gaji mereka secara prorata untuk membeli dan menjual emas digital melalui aplikasi GajiGesa. Keunikan fitur ini yang memungkinkan investasi emas melalui EWA memberikan kebebasan kepada pengguna GajiGesa untuk memanfaatkan peluang investasi dan mencapai tujuan keuangan mereka tanpa harus menunggu tanggal gajian mereka.

“Fitur investasi emas GajiGesa memungkinkan karyawan untuk memanfaatkan gaji yang mereka peroleh untuk berinvestasi dalam emas kapan saja, tanpa dibatasi oleh siklus pembayaran gaji tradisional. Dengan cara ini, karyawan memiliki kebebasan untuk membeli emas pada harga optimal dan memaksimalkan potensi keuntungan dari investasi mereka,” tambah Ade.

Dengan kombinasi aplikasi yang mudah digunakan dan opsi untuk membeli dan menjual emas dengan gaji yang diperoleh, GajiGesa memberikan individu kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen yang terbukti dapat menghasilkan potensi keuntungan dan perlindungan nilai dalam jangka panjang. Fitur ini sejalan dengan misi GajiGesa untuk memberdayakan kalangan dewasa muda, membantu mengamankan masa depan keuangan mereka, dan membuat pilihan investasi yang tepat.

Dengan misi membekali dan memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk membuat keputusan keuangan pribadi yang bijaksana dan berbudaya investasi yang bijaksana, GajiGesa dapat memainkan peran penting dalam membebaskan 10,91 juta penerima pinjaman aktif dalam kelompok usia 19 hingga 34 tahun dari risiko utang yang mengintai.

Untuk melihat paparan yang lebih lengkap mengenai hasil penelitian GajiGesa dan INDEF, silakan isi form di bawah untuk unduh file presentasi.


Tentang GajiGesa

GajiGesa

GajiGesa adalah platform kesehatan karyawan holistik dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara yang berkomitmen untuk membantu jutaan karyawan dalam mengendalikan kehidupan finansial mereka secara terstruktur. Aplikasi GajiGesa memberikan karyawan akses terhadap earned wage access (EWA), edukasi finansial, dan sistem manajemen keuangan lain untuk meningkatkan kondisi keuangan jangka panjang karyawan secara teratur. Aplikasi ini juga memberdayakan mitra pemberi kerja dengan solusi manajemen tenaga kerja dan platform analitik SDM tingkat perusahaan untuk mengelola pelacakan, penggajian, dan meningkatkan produktivitas, keterlibatan, dan retensi karyawan dengan mengurangi tekanan finansial untuk tim mereka. GajiGesa telah bermitra dengan lebih dari 300+ pekerja dan melayani lebih dari 750.000+ pengguna di seluruh Indonesia.

GajiGesa mengumpulkan putaran pendanaan pra-Seri A senilai US $6,6 juta pada November 2021, dipimpin oleh MassMutual Ventures, dengan partisipasi dari investor baru yaitu January Capital, Wagestream, Bunda Group, Smile Group, Oliver Jung, mitra Northstar Group termasuk Patrick Walujo, Nipun Mehra (CEO, Ula), dan Noah Pepper (Head of APAC, Stripe), di antara para investor terkemuka lainnya. Investor yang sudah lama bekerja sama dengan kami, yaitu defy.vc, Quest Ventures, GK Plug and Play, Next Billion Ventures juga berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Telah berdiri kokoh selama 3 tahun, GajiGesa didirikan oleh Martyna Malinowska (sebelumnya Product Lead di Standard Chartered Bank, Product Director di LenddoEFL) dan Vidit Agrawal (sebelumnya Head of Business Development APAC di Stripe, COO di CARRO, dan karyawan pertama di Uber Asia). Pada ulang tahun ketiganya, GajiGesa telah melayani lebih dari 25.000 karyawan untuk membantu mereka menghindari rentenir. Perusahaan ini berkantor pusat di Singapura. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi https://gajigesa.com/.

Untuk pertanyaan media, silakan hubungi:

GajiGesa: [email protected]

Baca GajiGesa di Media Lainnya

Hubungi Kami