Dalam sebuah proses rekrutmen, hiring bias adalah suatu istilah yang setidaknya pasti pernah didengar oleh setiap pegiat HR.
Ya, sekarang ini hal tersebut tengah menjadi sorotan utama dan sepatutnya dihindari oleh tim HRD dari seluruh perusahaan.
Mengapa demikian? Sebab, hiring bias dapat merugikan perusahaan dalam skala yang cukup besar.
Pertama-tama, badan usaha bisa dinilai tidak adil saat menyikapi keragaman diversitas dalam memperkerjakan karyawan.
Alhasil, kredibilitas bisnis dan nama baik perusahaan bisa tercoreng. Lalu, investor serta kandidat potensial enggan bergabung dan justru memilih organisasi yang lain.
Selain itu, HR secara tidak langsung membatasi pemilihan kandidat selama proses rekrutmen. Sehingga, karyawan yang terpilih bisa-bisa tak sesuai dengan harapan perusahaan.
Pada dasarnya, kemungkinan terjadinya hiring bias memang tidak bisa ditebak. Bahkan, bisa saja sekarang kamu melakukannya secara tidak sadar.
Nah, melihat hal tersebut, kali ini GajiGesa akan paparkan serba-serbi hiring bias, mulai dari definisi hingga cara mengatasinya.
Tentunya dengan harapan bahwa kamu sebagai pegiat HR dapat menghindarinya dan bersikap objektif dalam proses rekrutmen.
Yuk, langsung simak penjelasan lengkapnya dalam rangkuman singkat di bawah ini!
Apa Itu Hiring Bias?
Hiring bias adalah pendapat atau perasaan yang dimiliki oleh rekruter tentang kandidat saat memutuskan, apakah mereka memenuhi syarat untuk suatu pekerjaan atau tidak.
Istilah tersebut juga mengacu pada salah satu kesalahan yang sering terjadi ketika melakukan sebuah proses rekrutmen.
Pasalnya, hiring bias secara tak langsung memungkinkan rekruter untuk kehilangan kandidat potensial karena penilaian yang subjektif.
Meskipun demikian, bias biasanya terjadi tanpa disadari oleh pihak HR. Biasanya, ia hadir dalam bentuk opini tentang kandidat berdasarkan kesan pertama.
Namun, ada macam-macam jenis hiring bias lainnya yang perlu kamu ketahui. Berikut penjelasannya.
Macam-macam Hiring Bias
1. Confirmation Bias
Jenis hiring bias yang pertama adalah confirmation bias.
Bias satu ini memungkinkanmu sebagai HR untuk melakukan penilaian secara cepat.
Tidak jarang, keputusan yang diambil dalam penilaian tersebut berujung salah. Sehingga, kamu tidak bisa memenuhi ekspektasi yang sudah dibangun sebelumnya.
Dalam confirmation bias, kamu juga akan berasumsi terlebih dahulu kepada kandidat.
Kemudian, kamu akan menanyakan beberapa hal yang bahkan kurang relevan dengan posisi yang lowong.
Asumsi ini biasanya muncul sebelum interview berlangsung hanya berdasarkan apa yang lihat dari CV mereka saja.
2. Expectation Anchor
Jika kamu pernah membuat keputusan hanya berdasarkan informasi tertentu dari satu kandidat. Mungkin kamu pernah melakukan hiring bias ini.
Expectation anchor biasanya akan membuat kamu berpikir bahwa tidak ada kandidat lain yang cocok dengan posisi yang lowong.
Kamu hanya tertuju pada satu kandidat saja dan berekspektasi lebih bahwa kandidat tersebut cocok untuk posisi yang sedang kamu tawarkan.
3. Horn Effect
Jenis hiring bias berikutnya yang sering terjadi dalam proses rekrutmen adalah horn effect.
Hiring bias ini memungkinkan kamu untuk hanya terfokus pada satu kekurangan kandidat.
Dalam kata lain, saat kamu menemukan kandidat yang tidak mahir dalam satu hal, kamu malah berpikir bahwa kekurangan tersebut akan memengaruhi seluruh kemampuannya.
Hasilnya, kamu tidak akan mempertimbangkan kandidat tersebut untuk bergabung dengan perusahaan.
Padahal, kekurangan pada satu hal belum tentu akan memengaruhi keseluruhan keahlian kandidat. Kelemahan itu pun bisa diasah kembali dalam kegiatan pelatihan.
4. Overconfidence Bias
Sesuai dengan namanya, hiring bias ini terjadi ketika kamu terlalu percaya diri untuk memilih kandidat tertentu.
Kamu pun menentukan hal tersebut tanpa mempertimbangkan CV dan pengalaman kandidat. Justru, yang lakukan hanyalah mengandalkan insting atau intuisi saja.
Jenis hiring bias ini hampir sama dengan confirmation bias.
5. Similarity Attraction Bias
Jenis hiring bias yang terakhir adalah similarity attraction bias.
Hiring bias ini memungkinkan kamu untuk memilih kandidat hanya berdasarkan persamaan karakteristik saja.
Sebagai contoh, kamu memilih kandidat tertentu karena adanya kesamaan minat terhadap ilmu marketing terkini.
Sejatinya, wajar saja untuk menyukai hal-hal yang relevan dengan diri sendiri.
Akan tetapi, hal tersebut perlu dihindari dalam proses rekrutmen supaya kamu bisa memilih kandidat yang lebih sesuai dengan ekspektasi perusahaan.
Bagaimana Cara Menghindari Hiring Bias?
Setelah mengetahui berbagai macam hiring bias yang biasa terjadi, sekarang kamu harus mengetahui bagaimana cara untuk mengatasinya.
Adapun cara yang bisa kamu lakukan untuk membuat keputusan yang lebih objektif dalam memilih kandidat, di antaranya yaitu:
- Coba untuk perhatikan beberapa hiring bias yang mungkin sering dilakukan oleh tim kamu dalam proses rekrutmen, kemudian cari jalan keluarnya.
- Pastikan untuk selalu membuat keputusan berdasarkan bukti nyata, bukan hanya asumsi semata.
- Buatlah sebuah standar interview dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada setiap kandidat.
- Berlatihlah untuk melakukan interview dengan baik termasuk mengetahui beberapa hiring bias dan cara mengatasinya.
- Gunakanlah beberapa teknologi untuk melakukan tes skill kandidat tersebut.
Itulah penjelasan singkat GajiGesa mengenai apa itu hiring bias, mulai dari definisi hingga cara mengatasinya.
Intinya, hiring bias adalah sebuah kecenderungan, pendapat, atau perasaan yang dimiliki pegiat HR saat mereka mencoba memutuskan apakah kandidat cocok untuk posisi lowong dalam perusahaan.
Pendapat dan perasaan itu bisa didasarkan pada apa saja, mulai dari pakaian yang kandidat kenakan, background hingga aksen dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Hal ini bisa berdampak buruk bagi perusahaan. Maka dari itu, kamu sebagai pegiat HR wajib menghindarinya dalam setiap proses rekrutmen.