
Menghindari gaya hidup konsumerisme adalah salah satu hal penting yang perlu kamu lakukan di era modern ini sebagai seorang pekerja.
Ya, melansir Investopedia, istilah tersebut mengacu ke pola atau gaya hidup yang mendorong seseorang untuk membeli barang dan hal lainnya secara berlebihan.
Sebagai dampak dari globalisasi, gaya hidup ini bisa membuat seseorang terdorong untuk tampil modis dan mengikuti tren dengan membeli barang-barang yang sedang populer.
Inilah sebabnya orang yang memiliki gaya hidup konsumerisme sering kali membeli barang-barang hanya karena sedang viral di media sosial.
Hasilnya, banyak masyarakat yang kini makin boros dan kondisi keuangan kian memburuk. Dana darurat pun tak jarang tak terkumpulkan karena gaya hidup seperti ini.
Melihat hal tersebut, kali ini GajiGesa akan membahas secara terperinci mengenai konsumerisme mulai dari faktor penyebab, ciri, dampak, hingga cara mengatasinya. Yuk, disimak!
Faktor Penyebab Gaya Hidup Konsumerisme

1. Kemajuan teknologi
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang mempermudah orang untuk mengadopsi gaya hidup konsumerisme.
Contohnya, media sosial kini memudahkan pemasaran produk dan munculnya platform e-commerce yang semakin memfasilitasi seseorang untuk membeli barang yang diinginkan.
Hanya dengan smartphone, seseorang dapat dengan mudah membeli apa saja dari mana saja.
2. Globalisasi
Penyebab kedua konsumerisme adalah globalisasi, yang memungkinkan seseorang untuk lebih mudah mendapatkan berbagai produk untuk memenuhi kepuasan pribadi.
Baik itu produk dari luar negeri maupun dalam negeri, semuanya kini dapat diakses dengan mudah.
3. Tren gaya hidup
Tren kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat.
Hal itu karena, tren menyebar luas di berbagai kalangan melalui berbagai platform, terutama media sosial.
Begitu sebuah tren menjadi viral, banyak orang dengan antusias mengikutinya dan menyebarkannya, sehingga semakin banyak orang yang terpengaruh.
4. Budaya pop
Selain media sosial, budaya pop juga berperan besar dalam menyebarkan tren.
Oleh karena itu, banyak brand kini bekerja sama dengan artis dan influencer untuk menarik perhatian publik.
Ciri-ciri Konsumerisme

1. Konsumen menjadi trendsetter
Ciri utama orang yang menjalani gaya hidup konsumerisme adalah sering mencari barang-barang mewah edisi terbatas atau yang tidak dimiliki banyak orang.
Umumnya, mereka melakukan ini untuk menarik perhatian atau terlihat menarik di depan orang lain. Atau, dalam kata lain si konsumen ingin menjadi trendsetter di kalangan temannya.
2. Kebanggaan pada penampilan dan kepemilikan barang
Gaya hidup konsumerisme berkaitan erat dengan tingkat kepuasan pribadi. Ketika seseorang merasa bangga dengan apa yang dimiliki, mereka cenderung memamerkannya kepada orang lain.
Nah, tanpa disadari, hal tersebut menjadi keharusan dan kelak menjadi penyebab utama mereka mengikuti gaya hidup konsumerisme.
3. Sekadar mengikuti tren aja
Selain ciri-ciri di atas, gaya hidup konsumerisme juga didorong oleh keinginan mengikuti tren agar tidak FOMO (Fear of Missing Out) atau merasa tertinggal.
Contoh Fenomena Konsumerisme
Gaya hidup konsumerisme adalah fenomena yang sering kamu temui dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun begitu, fenomena tersebut tidak selalu berdampak negatif, banyak orang memanfaatkan momen ini untuk meraih keuntungan, contohnya seperti:
- Mengikuti tren investasi reksadana
- Atau, mengikuti tren yang sedang banyak diminati untuk mendapatkan keuntungan bisnis, misalnya dengan melakukan promosi atau branding di media sosial untuk menarik perhatian masyarakat
Namun, ada juga contoh sikap konsumerisme yang umumnya dilakukan hanya karena “ikut-ikutan”, di antaranya:
- Orang yang mengoleksi barang branded terbaru hanya untuk meningkatkan status sosial.
- Masyarakat yang membeli barang hanya karena mengikuti tren viral di media sosial atau FOMO takut ketinggalan zaman.
Dampak Negatif dari Konsumerisme

Dalam praktiknya, perilaku konsumerisme merupakan hal yang dapat membawa dampak negatif.
Misalnya, ketika seseorang terlalu konsumtif, pengeluaran yang besar bisa terjadi jika tidak dikelola dengan bijak, akibatnya gaya hidup boros pun bisa muncul.
Selain itu, perasaan FOMO yang sering muncul akibat mengikuti tren dapat memicu tekanan sosial.
Dikarenakan tidak ingin ketinggalan tren, seseorang mungkin rela melakukan apapun, bahkan berhutang, demi memenuhi gaya hidup konsumtifnya.
Jika perilaku ini dilakukan secara massal, dampaknya bisa mempengaruhi angka kemiskinan di masyarakat.
Lalu, Bagaimana Cara Mengatasi Konsumerisme?

1. Menetapkan prioritas keuangan
Memiliki prioritas keuangan yang jelas, seperti menabung untuk dana darurat, pendidikan, atau pensiun, bisa membantu mengalihkan perhatian dari kebiasaan belanja yang konsumtif.
Ketika kamu memiliki tujuan keuangan jangka panjang, keinginan untuk membeli barang-barang yang tidak perlu akan berkurang, karena fokus kamu lebih tertuju pada pencapaian tujuan tersebut.
2. Menyusun dan mengikuti anggaran
Membuat anggaran yang terperinci dapat membantu kamu mengatur pengeluaran dan memastikan bahwa uang digunakan untuk kebutuhan yang lebih penting.
Dengan disiplin mengikuti anggaran, kamu bisa membatasi pengeluaran yang tidak penting dan memprioritaskan tabungan atau investasi.
3. Mengurangi paparan iklan
Konsumerisme sering kali dipicu oleh iklan dan media sosial yang menampilkan gaya hidup mewah serta barang-barang terbaru.
Mengurangi paparan terhadap iklan di media sosial atau televisi dapat membantu mencegah dorongan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
4. Mengadopsi gaya hidup minimalis
Gaya hidup minimalis mengajarkan untuk hidup dengan lebih sedikit barang dan lebih menghargai kualitas daripada kuantitas.
Dengan lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan bermakna, kamu dapat mengurangi keinginan untuk terus membeli barang baru.
Selain itu, minimalisme mendorong kita untuk hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan dan bermanfaat dalam jangka panjang.
5. Berinvestasi sedari dini
Tips terakhir untuk menghindari gaya hidup konsumerisme adalah dengan berinvestasi.
Ya, fokus pada investasi dapat menjauhkanmu dari kebiasaan yang sifatnya konsumtif.
Dalam kata lain, kamu bakal lebih termotivasi untuk mengeluarkan uang pada hal yang lebih menguntungkan.
Investasi pun kini bisa dilakukan dengan mudah. Bahkan, kini tersedia banyak opsi instrumen yang menjanjikan untuk pemula, seperti investasi emas digital di GajiGesa!
EWA GajiGesa: Bantu Kendalikan Gaya Hidup & Keuangan Menjadi Lebih Sehat

Mengelola keuangan di era yang penuh godaan akan tren memang tidak mudah, apalagi ketika FOMO sering memengaruhi keputusan belanja. Di sinilah GajiGesa hadir lewat Earned Wage Access (EWA).
Layanan ini memberikanmu akses untuk menarik gaji yang sudah kamu hasilkan sebelum tanggal gajian.
Dengan EWA, kamu bisa memenuhi kebutuhan mendesak tanpa harus berutang ke pinjol, menguras tabungan, atau menjual aset. Akses gaji fleksibel ini membantu kamu:
- Tetap punya dana darurat meskipun ada pengeluaran tak terduga
- Menghindari utang konsumtif
- Mengelola keuangan bulanan dengan lebih tenang
EWA GajiGesa hanya bisa digunakan jika perusahaanmu sudah bermitra dengan kami. Jadi, kalau kamu ingin punya kendali lebih atas gaji dan keuangan, rekomendasikan GajiGesa ke perusahaanmu sekarang juga.
📌Yuk, langsung isi formulir di bawah artikel ini dan mulai perjalananmu menuju kehidupan finansial yang lebih sehat.