Blog

Waspada Konsumerisme! Ketahui Dampak, Ciri, dan 4 Cara Terbaik untuk Mengatasinya

konsumerisme adalah

Menghindari gaya hidup konsumerisme adalah salah satu hal penting yang perlu kamu lakukan di era modern ini sebagai seorang pekerja.

Ya, melansir Investopedia, istilah tersebut mengacu ke pola atau gaya hidup yang mendorong seseorang untuk membeli barang dan hal lainnya secara berlebihan.

Sebagai dampak dari globalisasi, gaya hidup ini bisa membuat seseorang terdorong untuk tampil modis dan mengikuti tren dengan membeli barang-barang yang sedang populer.

Inilah sebabnya orang yang memiliki gaya hidup konsumerisme sering kali membeli barang-barang hanya karena sedang viral di media sosial.

Hasilnya, banyak masyarakat yang kini makin boros dan kondisi keuangan kian memburuk. Dana darurat pun tak jarang tak terkumpulkan karena gaya hidup seperti ini.

Melihat hal tersebut, kali ini GajiGesa akan membahas secara terperinci mengenai konsumerisme mulai dari faktor penyebab, ciri, dampak, hingga cara mengatasinya. Yuk, disimak!

Faktor Penyebab Gaya Hidup Konsumerisme

konsumerisme adalah

1. Kemajuan teknologi

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang mempermudah orang untuk mengadopsi gaya hidup konsumerisme.

Contohnya, media sosial kini memudahkan pemasaran produk dan munculnya platform e-commerce yang semakin memfasilitasi seseorang untuk membeli barang yang diinginkan.

Hanya dengan smartphone, seseorang dapat dengan mudah membeli apa saja dari mana saja.

2. Globalisasi

Penyebab kedua konsumerisme adalah globalisasi, yang memungkinkan seseorang untuk lebih mudah mendapatkan berbagai produk untuk memenuhi kepuasan pribadi. 

Baik itu produk dari luar negeri maupun dalam negeri, semuanya kini dapat diakses dengan mudah.

3. Tren gaya hidup

Tren kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat. 

Hal itu karena, tren menyebar luas di berbagai kalangan melalui berbagai platform, terutama media sosial.

Begitu sebuah tren menjadi viral, banyak orang dengan antusias mengikutinya dan menyebarkannya, sehingga semakin banyak orang yang terpengaruh.

4. Budaya pop

Selain media sosial, budaya pop juga berperan besar dalam menyebarkan tren. 

Oleh karena itu, banyak brand kini bekerja sama dengan artis dan influencer untuk menarik perhatian publik.

Ciri-Ciri Konsumerisme

konsumtif

1. Konsumen menjadi trendsetter

Ciri utama orang yang menjalani gaya hidup konsumerisme adalah sering mencari barang-barang mewah edisi terbatas atau yang tidak dimiliki banyak orang.

Umumnya, mereka melakukan ini untuk menarik perhatian atau terlihat menarik di depan orang lain. Atau, dalam kata lain si konsumen ingin menjadi trendsetter di kalangan temannya.

2. Kebanggaan pada penampilan dan kepemilikan barang

Gaya hidup konsumerisme berkaitan erat dengan tingkat kepuasan pribadi. Ketika seseorang merasa bangga dengan apa yang dimiliki, mereka cenderung memamerkannya kepada orang lain.

Nah, tanpa disadari, hal tersebut menjadi keharusan dan kelak menjadi penyebab utama mereka mengikuti gaya hidup konsumerisme.

3. Sekadar mengikuti tren aja

Selain ciri-ciri di atas, gaya hidup konsumerisme juga didorong oleh keinginan mengikuti tren agar tidak FOMO (Fear of Missing Out) atau merasa tertinggal.

Contoh Fenomena Konsumerisme

Gaya hidup konsumerisme adalah fenomena yang sering kamu temui dalam kehidupan sehari-hari. 

Meskipun begitu, fenomena tersebut tidak selalu berdampak negatif, banyak orang memanfaatkan momen ini untuk meraih keuntungan, contohnya seperti:

  • Mengikuti tren investasi reksadana.
  • Atau, mengikuti tren yang sedang banyak diminati untuk mendapatkan keuntungan bisnis, misalnya dengan melakukan promosi atau branding di media sosial untuk menarik perhatian masyarakat.

Namun, ada juga contoh sikap konsumerisme yang umumnya dilakukan hanya karena “ikut-ikutan”, di antaranya:

  • Orang yang mengoleksi barang branded terbaru hanya untuk meningkatkan status sosial.
  • Masyarakat yang membeli barang hanya karena mengikuti tren viral di media sosial atau FOMO takut ketinggalan zaman.

Dampak Negatif dari Konsumerisme

dampak konsumtif

Dalam praktiknya, perilaku konsumerisme merupakan hal yang dapat membawa dampak negatif.

Misalnya, ketika seseorang terlalu konsumtif, pengeluaran yang besar bisa terjadi jika tidak dikelola dengan bijak, akibatnya gaya hidup boros pun bisa muncul. 

Selain itu, perasaan FOMO yang sering muncul akibat mengikuti tren dapat memicu tekanan sosial.

Dikarenakan tidak ingin ketinggalan tren, seseorang mungkin rela melakukan apapun, bahkan berhutang, demi memenuhi gaya hidup konsumtifnya.

Jika perilaku ini dilakukan secara massal, dampaknya bisa mempengaruhi angka kemiskinan di masyarakat.

Lalu, Bagaimana Cara Mengatasi Konsumerisme?

cara mengatasi konsumerisme

1. Menetapkan prioritas keuangan

Memiliki prioritas keuangan yang jelas, seperti menabung untuk dana darurat, pendidikan, atau pensiun, bisa membantu mengalihkan perhatian dari kebiasaan belanja yang konsumtif.

Ketika kamu memiliki tujuan keuangan jangka panjang, keinginan untuk membeli barang-barang yang tidak perlu akan berkurang, karena fokus kamu lebih tertuju pada pencapaian tujuan tersebut.

2. Menyusun dan mengikuti anggaran

Membuat anggaran yang terperinci dapat membantu kamu mengatur pengeluaran dan memastikan bahwa uang digunakan untuk kebutuhan yang lebih penting.

Dengan disiplin mengikuti anggaran, kamu bisa membatasi pengeluaran yang tidak penting dan memprioritaskan tabungan atau investasi.

3. Mengurangi paparan iklan

Konsumerisme sering kali dipicu oleh iklan dan media sosial yang menampilkan gaya hidup mewah serta barang-barang terbaru.

Mengurangi paparan terhadap iklan di media sosial atau televisi dapat membantu mencegah dorongan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

4. Mengadopsi gaya hidup minimalis

Gaya hidup minimalis mengajarkan untuk hidup dengan lebih sedikit barang dan lebih menghargai kualitas daripada kuantitas.

Dengan lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan bermakna, kamu dapat mengurangi keinginan untuk terus membeli barang baru. 

Selain itu, minimalisme mendorong kita untuk hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan dan bermanfaat dalam jangka panjang.

5. Berinvestasi sedari dini

Tips terakhir untuk menghindari gaya hidup konsumerisme adalah dengan berinvestasi.

Ya, fokus pada investasi dapat menjauhkanmu dari kebiasaan yang sifatnya konsumtif.

Dalam kata lain, kamu bakal lebih termotivasi untuk mengeluarkan uang pada hal yang lebih menguntungkan.

Investasi pun kini bisa dilakukan dengan mudah. Bahkan, kini tersedia banyak opsi instrumen yang menjanjikan untuk pemula, seperti investasi emas digital di GajiGesa!

GajiGesa x Treasury: Solusi Menguntungkan Penangkan Gaya Hidup Boros

Ya, GajiGesa sekarang mempunyai fitur investasi emas digital. Fitur ini hadir sebagai bentuk kerja sama dengan Treasury, aplikasi Investasi emas yang terpercaya.

Program investasi emas ini bisa kamu akses kapanpun diperlukan. Sehingga, kamu tak perlu cemas.

Meskipun keuangan di tengah bulan mulai tipis, kesempatan untuk meraih emas tersedia setiap kapan saja, hanya buat kamu!

Emas digital yang mereka sediakan pun cocok untuk pemula. Selain modalnya tidak besar, emas yang mereka simpan hadir dalam kadar 24 karat. Risiko minim dan keuntungan besarnya mudah untuk dicairkan.

Kamu juga tak perlu khawatir akan penipuan. Sebab, Treasury sendiri merupakan aplikasi yang sudah menerima izin resmi BAPPEBTI.

Menarik, kan? Nah, fitur ini juga didukung oleh benefit utama GajiGesa, yaitu layanan Earned Wage Access atau Akses Gaji Fleksibel.

Layanan ini menyediakan akses bagi kamu sebagai karyawan untuk menarik gaji secara fleksibel atau lebih awal. 

Sehingga, daripada berutang ke pinjol, EWA bisa dijadikan alternatif ketika kamu harus memenuhi kebutuhan di tengah bulan.

Menarik, kan? Nah, kedua fitur di atas bisa langsung kamu gunakan setelah perusahaan tempatmu bekerja sudah bergabung dengan kami.

Jadi, jangan sampai ketinggalan. Yuk, langsung rekomendasikan perusahaanmu dengan mengisi formulir di bawah artikel ini. Prioritaskan kesejahteraanmu sekarang juga!

Hubungi Kami