Tahukah kamu? Bahwa sekarang ini, penting bagi perusahaan untuk mengetahui penyebab burnout karyawan?
Ya, pasti kamu sudah sering mendengar istilah burnout, kan? Tak heran, banyak pekerja Indonesia pada usia produktif yang kini mengeluh mengalami burnout saat bekerja.
Hal tersebut sejatinya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingginya beban kerja, masalah dengan rekan kerja, dan lainnya.
Meskipun burnout sering dianggap serupa dengan stres, keduanya tidak selalu berkaitan meskipun sama-sama mengacu pada kondisi mental yang kurang baik.
Lalu, bila perusahaan gagal mengatasi isu tersebut, angka retensi perusahaan bisa meningkat dan pada akhirnya bisnis tak berkembang.
Nah, memangnya apa yang membedakan burnout dengan stres? Apa saja hal-hal yang menjadi penyebabnya? Seperti apa strategi terbaik untuk membantu karyawan yang merasa burnout?
Yuk, langsung baca ulasannya lebih lanjut dalam artikel berikut ini!
Perbedaan Burnout dengan Stres
Bila dilihat secara sekilas, burnout dan stres mirip dalam hal menunjukkan penurunan kondisi mental saat bekerja. Namun, keduanya sejatinya sangatlah berbeda.
Stres biasanya dialami banyak orang dalam kehidupan kerja sehari-hari. Kondisi ini menandakan bahwa seseorang sedang menangani tanggung jawab besar, tapi belum sampai pada kelelahan emosional.
Sementara itu, melansir laman Personio, burnout terjadi ketika stres menumpuk selama periode waktu tertentu.
Masalah ini pun dinilai lebih parah daripada stres, karena merupakan akumulasi emosi negatif yang membuat seseorang menarik diri dari lingkungan sosial dan kerjanya.
Kemudian, burnout juga muncul ketika seseorang menginvestasikan terlalu banyak aspek emosional, intelektual, bahkan fisik dalam pekerjaan tanpa upaya untuk memulihkan diri.
10 Penyebab Burnout di Tempat Kerja
Setelah mengetahui perbedaan burnout dan stres, berikut ini ialah penyebab burnout di tempat kerja, seperti:
1. Beban kerja yang berlebihan
Salah satu faktor utama penyebab burnout adalah ketika karyawan dibebani terlalu banyak pekerjaan.
Saat mereka harus menyelesaikan berbagai tugas dalam waktu terbatas, hal ini bisa menimbulkan kelelahan fisik dan mental.
Tekanan untuk terus bekerja tanpa istirahat cukup dapat menguras energi dan mengurangi semangat karyawan.
2. Keterbatasan kontrol
Burnout juga dapat terjadi ketika karyawan tidak memiliki kendali atas pekerjaan mereka.
Saat karyawan tidak diberi kebebasan atau ruang untuk membuat keputusan, mereka sering merasa frustasi dan kurang puas dengan pekerjaannya.
Dalam kata lain, mereka merasa dikekang dan imbasnya cukup signifikan terhadap kesehatan mental.
3. Kurangnya dukungan sosial
Dukungan dari atasan dan rekan kerja sangat penting untuk menjaga lingkungan kerja yang sehat.
Jika dukungan sosial ini kurang, karyawan bisa merasa terisolasi dan kesepian yang dapat memicu stres dan kelelahan.
4. Lingkungan kerja yang tidak sehat
Lingkungan kerja tidak mendukung di sini mengacu pada manajemen buruk atau budaya kerja yang tidak sehat.
Hal ini sudah pasti bisa membuat karyawan merasa tertekan dan tidak bahagia, serta membuat angka keterlibatan mereka menurun drastis.
Kurangnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan juga berkontribusi terhadap penyebab burnout.
5. Ketidakjelasan peran
Jika tanggung jawab dan peran karyawan tidak jelas, manajemen bisa menimbulkan rasa kebingungan dan burnout.
Karyawan yang tidak memahami harapan atau cara penilaian kinerjanya sering merasa cemas dan kurang percaya diri.
6. Ketidakadilan
Perlakuan yang tidak adil, seperti ‘favoritisme’, dapat merusak motivasi dan semangat kerja.
Ketidakadilan dalam distribusi tugas, pengakuan, atau penghargaan dapat membuat karyawan merasa tidak dihargai dan kehilangan semangat.
7. Kurangnya pengakuan dan apresiasi
Burnout sering kali dialami oleh karyawan yang merasa usahanya tidak dihargai.
Apresiasi dan pengakuan dari atasan maupun rekan kerja dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja.
8. Tidak adanya career path
Career path adalah tahapan atau jenjang karier yang diberikan oleh perusahaan ke karyawan.
Adanya jenjang karier ini bisa memotivasi karyawan dari segi kinerja yang diberikan untuk perusahaan.
Tanpa adanya career path, karyawan bisa merasa burnout karena merasa bekerja di perusahaan yang tak jelas.
Ketidakpastian akan jenjang karier juga bisa membuat karyawan merasa kurang dihargai.
9. Masalah keluarga
Penyebab terjadinya burnout tak hanya berasal dari internal perusahaan, tetapi juga bisa dari masalah eksternal seperti masalah keluarga.
Jika permasalahan keluarga yang dialami karyawan sangat berat, tentu saja sulit membuat karyawan menjadi profesional dalam bekerja.
10. Masalah finansial
Penyebab burnout karyawan terakhir, yaitu masalah finansial.
Karyawan yang mengalami permasalahan finansial, sering mengalami penurunan semangat, salah satunya semangat kerja.
Hal ini berlaku karena pikiran mereka dikelilingi rasa kekhawatiran mengenai keuangan yang dapat memicu burnout.
Nah, untuk mengatasi masalah ini, salah satu solusi terbaik yang bisa perusahaanmu lakukan adalah memberikan benefit Earned Wage Access (EWA) atau Akses Gaji Fleksibel GajiGesa.
Layanan ini memungkinkan karyawan agar bisa mengakses gaji prorata mereka secara fleksibel.
Sehingga, saat membutuhkan dana mendesak karyawan bisa langsung menarik gaji mereka lebih awal tanpa harus menunggu tanggal gajian tiba.
Akses Gaji Fleksibel pun kini benar-benar bisa menjadi keuntungan bagi perusahaanmu. Terutama dalam ekonomi pasca Covid-19.
Karyawan tidak akan lagi merasa stres tentang tagihan yang tertunda sampai menunggu hari gajian tiba dengan manfaat kesehatan finansial kar ini. Dalam kata lain, tak ada lagi kata pinjol atau paylater untuk karyawanmu!
Kesejahteraan yang lebih terjamin juga menjadi jaminan akan meningkatkan perkembangan bisnis dan loyalitas karyawan.
Bagaimana? Menarik, kan? Yuk, langsung isi formulir di bawah ini artikel ini untuk mengenal layanan EWA GajiGesa lebih lanjut!