Di era serba modern ini, pertanyaan banyak pegiat HR adalah bagaimana cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas karyawan.
Hal ini cukup wajar. Pasalnya, hal tersebut memang tidak mudah untuk diraih, terutama dengan banyaknya program kesejahteraan karyawan yang diterapkan secara sembarangan.
Secara sekilas, program-program ini mudah untuk dibuat, dan tampak menguntungkan untuk perusahaan serta para karyawannya.
Namun, menyusun program kesejahteraan di tempat kerja secara langsung mendorong tim HR untuk mendefinisikan makna dari kesehatan dan kesejahteraan terlebih dahulu.
Tak hanya itu, mereka harus bisa menilai dan menentukan indikator kesejahteraan yang benar-benar diperlukan karyawan.
Sayangnya, menurut laman Workable, hal tersebut justru sering dilupakan. Kebanyakan perusahaan justru malah membuka pintu terhadap penilaian kesejahteraan yang diskriminatif.
Misalnya, program penghentian asap rokok hanya akan menargetkan perokok, dan kompetisi alat olahraga dapat mengasingkan mereka yang sejatinya kurang akftif.
Nah, keputusan-keputusan ini dapat berdampak negatif terhadap keterlibatan karyawan.
Lalu, bagaimana sih cara untuk membuat program kesejahteraan karyawan yang mampu menghasilkan dampak positif? Apakah ada strategi tertentu yang wajib diikuti tim HR?
Apa Itu Program Kesejahteraan Karyawan?
Sebelum membahas ragam strategi dan cara membangunnya, kamu harus tahu dulu definisi dari program kesejahteraan karyawan.
Melansir CFI, program tersebut sejatinya diluncurkan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Ia pun diterapkan sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap keseharian karyawan sebagai seorang pekerja.
Program ini biasa dihadirkan dalam bentuk pelatihan wajib, seminar staf, atau bahkan inisiatif kolaborasi dengan pihak ketiga.
Namun, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kestabilan kesejahteraan karyawan, seperti gaji bulanan, lingkungan kerja, peralatan pendukung kerja, hingga persoalan perekonomian.
Maka dari itu, tim HR sendirilah yang kelak wajib menentukan prioritas, aspek mana yang perlu diprioritaskan oleh program kesejahteraan tersebut?
Apakah kesehatan fisik, psikis, atau mental karyawan? Atau justru malah semuanya diringkas dalam satu program khusus?
Semuanya perlu dipertimbangkan dengan rapi dan baik agar program bisa berjalan sesuai kebutuhan karyawan.
Manfaat Program Kesejahteraan Karyawan
Merancang dan membuat program kesejahteraan untuk karyawan dengan matang dapat menghadirkan beragam manfaat, baik untuk karyawan maupun perusahaan. Sebagai contoh:
- Meningkatkan produktivitas karyawan
- Menjaga fokus karyawan selama bertugas
- Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam program dan proyek perusahaan
- Menghemat biaya kesehatan
- Meningkatkan hubungan kolaboratif antar karyawan
- Menurunkan angka turnover karyawan
- Meningkatkan angka retensi perusahaan
Cara Membangun Program Kesejahteraan Karyawan dengan Efektif
Bila melihat penjelasan sebelumnya, mungkin merancang program kesejahteraan karyawan yang ampuh terlihat sulit.
Pada dasarnya, tidak demikian. Kesalahan banyak perusahaan adalah kurangnya riset mengenai kebutuhan utama karyawan mereka (Dalam konteks kesejahteraan).
Alhasil, mereka hanya mengadakan program seadanya yang bahkan tidak benar-benar diperlukan oleh karyawan.
Tentu kamu tidak mau mengulang kesalahan tersebut, kan? Tenang saja, berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kamu ikut untuk membangun program kesejahteraan karyawan dengan efektif:
1. Pahami isu karyawan terlebih dahulu
Pertama-tama, yang perlu kamu lakukan sebagai HR adalah memahami isu karyawan terlebih dahulu.
Coba cari tahu keluhan mereka selama bekerja di perusahaanmu.
Apakah sekiranya rekan kerja yang kurang kooperatif? Budaya kerja yang terasa kaku? Atau justru benefit yang kurang memuaskan?
Dengan memahami isu utama mereka, kamu bisa membangun program efektif yang mampu datangkan dampak positif.
Ingat saja, bahwa kesejahteraan tak melulu perihal kebugaran fisik. Terkadang, kesehatan mental dan finansial karyawan lah yang perlu kamu prioritaskan.
Bahkan, isu finansial lah yang kini dirasakan oleh kebanyakan karyawan. Hal tersebut bahkan bisa memengaruhi kesehatan mental dan performa mereka di kantor.
Menurut hasil riset yang diadakan oleh Populix per Oktober 2022 silam, tercatat sebanyak 52% orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental.
Menariknya, 59% dari kasus tersebut ternyata dipicu oleh isu keuangan dan kebutuhan pokok yang kian meningkat.
Untuk mencegah hal tersebut, apa solusi terbaik yang bisa perusahaanmu sediakan untuk karyawan? Jawabannya adalah layanan earned wage access (EWA) GajiGesa atau biasa yang disebut dengan akses gaji fleksibel.
Ya, sesuai namanya, layanan ini menyediakan akses bagi karyawan untuk menarik gaji mereka secara fleksibel.
Sehingga, EWA ini bisa dijadikan sebagai alternatif untuk dana darurat di tengah bulan.
Tidak hanya itu, EWA juga bisa membantu dalam meningkatkan kesejahteraan finansial karyawan.
Mengapa demikian? Sebab, tujuan utama dari layanan ini adalah supaya karyawan bisa mengambil gajinya dalam keadaan mendesak.
Alhasil, mereka tidak akan lagi merasa stres tentang tagihan yang tertunda dengan manfaat kesehatan finansial karyawan ini.
Menarik, bukan? Nah, fitur EWA ini hanya bisa digunakan jika perusahaanmu sudah bekerja sama dengan GajiGesa.
Jadi, jangan sampai ketinggalan. Yuk, rekomendasikan perusahaanmu dengan mengisi formulir di bawah artikel ini. Segera prioritaskan kesejahteraan finansial dan kebugaran mentalmu, sekarang juga!
2. Rancang program berdasarkan survei
Jika karyawan merasa tak segan untuk menceritakan isunya secara langsung, kamu bisa coba luncurkan survei.
Inisiatif tersebut dapat kamu gunakan sebagai alat untuk memahami kendala dan keluhan setiap karyawan di kantor.
Hasil survei ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pondasi untuk membangun program kesejahteraan karyawan yang mumpuni.
Sebagai contoh, karyawan merasa kurang puas dengan penawaran kompensasi dari perusahaan. Terutama setelah beban kerja melonjak tinggi.
Nah, kamu nantinya bisa mulai berikan solusi dalam bentuk penghadiran benefit baru. Jangan lupa sosialisasikan programnya dengan baik, ya.
3. Manfaatkan hasil survei sebagai parameter keberhasilan program
Menurut Hibob, hasil survei yang kamu luncurkan bisa menjadi parameter untuk keberhasilan program.
Ya, sejatinya cukup sederhana kok. Misalkan, dalam survei karyawan menyatakan bahwa mereka tidak mampu bekerja dengan baik karena kurangnya fasilitas dari perusahaan.
Nah, kamu dan dewan direksi perusahaan akhirnya sepakat untuk menghadirkan sekitar 2 tools baru untuk menunjang pekerjaan mereka.
Ternyata hasilnya masih serupa. Karyawan di kantor masih belum mampu untuk menunjukkan taringnya.
Maka dari itu, kamu bisa coba alternatif lain. Baik dengan menghadirkan alat tambahan, atau justru mendorong karyawan untuk menghadiri seminar pelatihan khusus.
4. Maksimalkan sesi evaluasi
Terakhir, jangan lupa maksimalkan sesi evaluasi terhadap program kesejahteraan karyawan yang sudah kamu luncurkan.
Apakah program tersebut sekiranya sudah maksimal? Apakah biaya perusahaan sudah mencapai batasnya untuk keperluan kesejahteraan?
Atau bahkan karyawan ternyata masih merasa kurang puas dengan inisiatif yang diluncurkan perusahaan?
Jawaban atas hal-hal tersebut bisa membantu kamu nantinya sebagai HR untuk membuat acara di lain waktu yang lebih efektif.