Tahukah kamu? Bahwa technostress adalah salah tahu tantangan baru dari kemajuan teknologi yang dapat memengaruhi kesejahteraan karyawan?
Ya, sekarang ini, proses kerja dalam setiap perusahaan telah mengalami perubahaan yang besar, di mana hampir setiap kegiatan operasional sudah diotomatisasi atau didigitalisasi.
Imbas dari proses kerja tersebut pada dasarnya memang positif, terutama untuk perkembangan bisnis. Namun, tanpa banyak disadari, muncul isu baru yang dirasakan oleh banyak karyawan, yaitu technostress.
Nah, istilah ini mengacu pada dampak negatif dari penggunaan teknologi yang berlebihan atau tidak seimbang di tempat kerja.
Meskipun kesannya sepele, technostress ternyata bisa memengaruhi kesehatan mental dan produktivitas karyawan dalam jangka waktu yang panjang.
Maka dari itu, kamu sebagai pegiat HR wajib tahu cara mengatasi masalah ini dengan baik. Jadi, yuk, langsung simak serba-serbi lengkap mengenai technostress dalam artikel di bawah ini.
Apa Itu Technostress?
Melansir laman Wellbeing In Your Office, technostress adalah sebuah fenomena yang muncul akibat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berlebihan atau tidak seimbang ketika sedang bekerja.
Istilah ini menggambarkan rasa stres dan tekanan psikologis yang muncul ketika seseorang merasa kesulitan atau tertekan karena tuntutan dan perubahan yang berkaitan dengan teknologi.
Sumber technostress bisa berasal dari berbagai faktor, seperti banyaknya informasi baru yang harus diproses, perubahan mendadak dalam alat atau aplikasi, tekanan waktu dari proses kerja teknologi, dan ketidakpastian terkait kemajuan teknologi itu sendiri.
6 Ciri-ciri Karyawan yang Mengalami Technostress
Technostress merupakan sebuah kondisi yang sangat nyata dan dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi karyawan maupun tempat kerjanya.
Namun, seperti isu-isu lain yang kerap muncul dalam lingkungan kerja, masalah ini pun dapat diatasi dengan langkah-langkah yang tepat.
Sebagai HR, hal pertama yang bisa kamu lakukan adalah mengenali tanda-tanda technostress pada karyawan.
Inisiatif ini diperlukan supaya kamu bisa mengambil tindakan yang sesuai untuk mencegahnya berdampak negatif pada karyawan dan perusahaan.
Technostress sendiri dapat bermanifestasi dalam berbagai cara. Akan tetapi, berikut adalah beberapa gejala yang paling umum:
1. Tingkat stres yang tinggi
Ciri-ciri pertama karyawan yang mengalami technostress yaitu memiliki tingkat stres yang tinggi.
Mereka mungkin merasa tertekan dan kesulitan dalam mengelola beban kerja yang timbul akibat dari penggunaan teknologi.
2. Kesulitan beradaptasi dengan perubahan teknologi
Karyawan yang mengalami technostress akan merasa kesulitan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan beradaptasi dengan perubahan.
Tak hanya itu, mereka juga akan sering merasa kewalahan dan cemas terhadap kehadiran teknologi baru.
3. Gangguan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi
Karyawan yang mengalami technostress akan kesulitan untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya.
Mereka merasa selalu terhubung dengan pekerjaan melalui teknologi, bahkan di luar jam kerja.
4. Kesulitan mengelola informasi
Technostress akan muncul ketika karyawan dihadapkan pada informasi berlebihan dari berbagai sumber teknologi.
Kesulitan dalam mengelola dan memproses informasi ini dapat meningkatkan tingkat stres.
5. Kesulitan fokus dan konsentrasi
Technostress dapat menyebabkan karyawan kesulitan dalam mempertahankan fokus dan konsentrasi.
Hal itu karena, mereka merasa terganggu oleh notifikasi, email, atau tuntutan teknologi lainnya yang menghambat produktivitas dan kinerja.
6. Penurunan kesehatan mental
Technostress dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental karyawan.
Hal itu ditandai dengan gejala seperti kelelahan, kecemasan, atau bahkan depresi akibat tekanan teknologi.
5 Cara Mengatasi Technostress
Mungkin kini rasanya kehadiran technostress bakal sulit dibendung.
Bagaimana tidak? Dalam era transformasi digital ini, teknologi baru terus berhadiran dan karyawan perlu memanfaatkannya demi kemajuan bisnis.
Akan tetapi, ada banyak strategi yang bisa kamu terapkan guna mengatasi technostress secara efektif.
Hal ini mencakup penetapan batasan waktu kerja, praktik detoksifikasi digital, mengembangkan kebiasaan penggunaan teknologi yang sehat, dan mencari bantuan profesional. Agar lebih jelas, berikut daftar lengkapnya:
1. Efisiensi penggunaan alat digital
Saat ini, perusahaan pasti menggunakan banyak aplikasi atau software untuk mempermudah pekerjaan, seperti software manajemen tugas, media komunikasi, dan lainnya.
Alat-alat tersebut tentu digunakan untuk mempermudah pekerjaan, tapi perlu diidentifikasi berapa banyak tools yang digunakan karyawan.
Jika memang terlalu banyak, bisa diefisiensikan menjadi satu media saja, karena dapat membuat karyawan merasa kewalahan.
2. Kurangi online meeting
Menurut laman Superteam Consultant, langkah selanjutnya untuk mengatasi technostress adalah dengan mengurangi pertemuan online.
Faktanya, pertemuan secara online lebih melelahkan daripada offline. Kenapa demikian? Sebab, dalam pertemuan offline, karyawan dapat melihat lingkungan sekitar dan dengan mudah bersosialisasi bersama rekan kerjanya.
Namun, dalam pertemuan online, karyawan harus terus menerus menatap kamera yang sering kali membuat mereka tidak nyaman.
Oleh karena itu, kamu perlu mempertimbangkan kembali, apakah informasi bisa disampaikan melalui email atau digabungkan dengan rapat lain untuk mengurangi jumlah pertemuan daring dengan karyawan.
3. Ingatkan karyawan untuk mengambil waktu istirahat
Karyawan mungkin secara tidak sadar selalu siap untuk dihubungi kapan saja, sekalipun saat sedang mengambil cuti.
Hal ini membuat mereka sulit mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Oleh karena itu, sampaikan kepada karyawan terkait hal-hal yang perusahaan harapkan dari mereka.
Dalam percakapan tersebut, ingatkan kembali bahwa mereka tidak diharuskan bekerja lebih lama dari waktu yang telah ditentukan.
4. Sediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan teknologi
HR dapat menyelenggarakan pelatihan intensif terkait penggunaan alat dan aplikasi teknologi yang digunakan.
Dengan meningkatkan keterampilan teknologi, karyawan akan merasa lebih percaya diri dan mampu mengatasi tantangan teknologi dengan lebih baik.
5. Program kesejahteraan karyawan
Terakhir, kamu bisa menyediakan program kesejahteraan atau benefit baru untuk para karyawan
Dengan memberikan program kesejahteraan, kamu dapat mengurangi dampak dari technostress.
Sejatinya, kamu bisa memberikan dukungan psikologis, seminar kesehatan mental, atau layanan konseling yang dapat membantu karyawan atasi stres yang timbul dari penggunaan teknologi.
Namun, semua upaya tersebut bakal lebih ampuh jika kamu memberikan benefit tambahan seperti Earned Wage Access (EWA) atau Akses Gaji Fleksibel GajiGesa.
Ya, benefit finansial ini dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan semangat kerja karyawannya dengan efektif.
Sebab, dengan EWA, karyawan memiliki keleluasaan dalam mengelola gaji mereka sendiri. Tanpa harus menunggu tanggal gajian, mereka bisa mencairkan gaji mereka secara prorata dalam proses yang cepat dan praktis.
Hal ini mungkin kesannya tak terlalu membantu. Namun, kondisi finansial yang lebih terjamin dapat menumbuhkan motivasi kerja karyawan dan berantas segala stres yang mereka rasakan.
Kehadiran EWA pun bahkan bisa lho, menjadi cara yang manjur bagi perusahaan untuk tingkatkan loyalitas dan angka retensi karyawan.
Bagaimana? Menarik, bukan? Nah, fitur akses gaji fleksibel atau EWA kami hanya bisa dimanfaatkan jika perusahaanmu sudah bekerja sama dengan GajiGesa.
Jadi, jangan sampai ketinggalan. Yuk, prioritaskan kesejahteraan karyawan dan bisnismu. Segera isi formulir di bawah ini!